Jumat, 21 Agustus 2009

Kota Seribu Sungai

Mungkin julukan sebagai kota seribu sungai tak terdengar asing lagi didengar bagi propinsi Kalimantan Selatan, selai memiliki DAS yang beranak, juga menyimpan habitat floura dan fauna yang banyak dan unik, Propinsi Kalimantan Selatan secara geografis, terletak di antara 114 19′ 13” - 116 33′ 28” Bujur Timur dan 1 21′ 49” – 4 10′ 14” Lintang Selatan. Secara administratif, Propinsi Kalimantan Selatan terletak di bagian selatan Pulau Kalimantan dengan batas-batas : Sebelah barat dengan Propinsi Kalimantan Tengah, sebelah timur dengan Selat Makasar, sebelah selatan dengan Laut Jawa dan sebelah utara dengan Propinsi Kalimantan Timur. Berdasarkan letak tersebut, luas wilayah Propinsi Kalimantan Selatan hanya 6,98 persen dari luas Pulau Kalimantan secara keseluruhan.

Secara administratif wilayah Propinsi Kalimantan Selatan dengan kota Banjarmasin sebagai ibukotanya, meliputi 11 kabupaten dan 2 kota. Kabupaten terbaru adalah Kabupaten Tanah Bumbu (pecahan Kabupaten Kotabaru) dan Kabupaten Balangan (pecahan Kabupaten Hulu Sungai Utara). Persentase luas tertinggi adalah Kabupaten Kotabaru (25,11%); Kabupaten Tanah Bumbu (13,50%) dan terendah adalah Kota Banjarmasin (0,19%) dan Kota Banjarbaru (0,98%).

Bentuk geologi wilayah Kalimantan Selatan sebagian besar berupa Aluvium Muda dan formasi Berai.

Kemiringan tanah dengan 4 kelas klasifikasi menunjukkan bahwa sebesar 43,31 persen wilayah Propinsi Kalimantan Selatan mempunyai kemiringan tanah 0-2%.
Rincian luas menurut kemiringan adalah sebagai berikut :
· 0-2% : 1 625 384 Ha (43,31%)
· >2-15% : 1 182 346 Ha (31,50%)
· >15-40% : 714 127 Ha (19,02%)
· >40% : 231 195 Ha (6,16%)

Adapun luas wilayah Kalimantan Selatan menurut kelas ketinggian yang dibagi menjadi 6 kelas ketinggian menunjukkan wilayah Kalimantan Selatan sebagian besar berada pada kelas ketinggian >25 -100 m di atas permukaan laut yakni 31,09 persen.

Tanah di wilayah Propinsi Kalimantan Selatan sebagian besar berupa hutan ( 43 persen)

Wilayah Kalimantan Selatan juga banyak dialiri sungai. Sungai tersebut antara lain Sungai Barito, Sungai Riam Kanan, Sungai Riam Kiwa, Sungai Balangan, Sungai Batang Alai, Sungai Amandit, Sungai Tapin, Sungai Kintap, Sungai Batulicin, Sungai Sampanahan dan sebagainya. Umumnya sungai-sungai tersebut berpangkal pada pegunungan Meratus dan bermuara di Laut Jawa dan Selat Makasar.

Iklim

Temperatur udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Temperatur rata-rata di daerah Kalimantan Selatan pada tahun 2004 berkisar antara 23,30C sampai 32,70C. Sedangkan kelembaban udara rata-ratanya berkisar antara 47%-s.d 98% tiap bulan.
Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan geografi dan perputaran/ pertemuan arus udara. Catatan curah hujan tahun 2004 disajikan pada Tabel 1.2.2. Curah hujan tertinggi di daerah ini terjadi pada bulan Januari yaitu 626,1 mm sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu 0,0 mm. Jumlah hari hujan selama tahun 2004 adalah 181 hari dengan hari terbanyak hujan terjadi pada bulan Januari yaitu 27 hari. Rata-rata tekanan udara di daerah ini berkisar antara 1.009,3 mm-1.013,6 mm selama tahun 2004. Antara curah hujan dan keadaan angin biasanya ada hubungan erat satu sama lain. Walaupun demikian di beberapa tempat, hubungan tersebut agaknya tidak selalu ada. Keadaan angin pada musim hujan biasanya lebih kencang dan angin bertiup dari barat dan barat laut. Oleh karena itu musim tersebut dikenal juga dengan musim barat. Pada musim kemarau angin bertiup dari benua Australia, keadaan angin saat itu bisa juga kencang Keadaan angin di Kalimantan Selatan pada tahun 2004 yang dipantau dari Stasiun Meteorologi Syamsuddin Noor menunjukkan kecepatan angin pada tahun 2004 rata-rata 4 knot. Untuk penyinaran matahari dipantau pada jam 06.00-18.00 terlihat intensitas yang beragam tiap bulannya. Penyinaran matahari dengan intensitas tertinggi terjadi pada bulan Agustus yaitu rata-rata 6,9 jam/hari dan intensitas terendah terjadi pada bulan Desember yaitu rata-rata 2,0 jam/hari.

Pariwisata

Pariwisata di daerah Kalsel termasuk sektor yang juga potensial untuk dikembangkan. Daerah Kalsel memiliki beberapa obyek wisata yang menarik, baik bagi turis domestik maupun mancanegara. Obyek tersebut berupa wisata alam yang terdiri dari banyak sungai, hutan, danau, dan pegunungan, serta wisata budaya dan sejarah berupa peninggalan beranekaragam seni dan budaya. Hanya sayang, potensi yang cukup baik untuk menambang devisa (pendapatan asli daerah) ini sampai sekarang belum dikembangkan secara optimal. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kalsel baik dari mancanegara (wisman) maupun nusantara (wisnu) pada 1997 dan 1998 adalah seperti berikut: wisman sebanyak 20.707 orang dan 13.866 orang, sedangkan wisnu 212.516 orang dan 183.883 orang. Penurunan itu disebabkan oleh masalah keamanan dan suhu politik yang panas di Indonesia, serta maraknya kerusuhan di kota-kota besar di Indonesia, seperti kerusuhan Mei 1998 di Jakarta, Solo, Medan, Surabaya, dan sebagainya. Kondisi keamanan dan suhu politik yang memanas selama beberapa tahun terakhir sangat tidak kondusif bagi pengembangan sektor pariwisata di Indonesia pada umumnya, dan di Kalsel pada khususnya.

Potensi ekonomi dan perdagangan di Kalimantan Selatan pada dasarnya cukup baik dan prospektif, mengingat letak geografisnya yang langsung berbatasan dengan Laut Jawa. Propinsi ini selanjutnya dapat dikembangkan sebagai pusat ekonomi/perdagangan antar propinsi yang antara lain meliputi Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Selatan, dan Utara. Karena letak geografisnya yang sangat strategis tersebut, daerah Kalimantan Selatan sangat potensial dan perlu dikembangkan secara lebih optimal.

Kesenian daerah dan budaya suku dayak banjar

Seni Tari suku Banjar terbagi menjadi dua, yaitu seni tari yang dikembangkan di lingkungan istana (kraton), dan seni tari yang dikembangkan oleh rakyat. Seni tari kraton ditandai dengan nama “Baksa” yang berasal dari bahasa Jawa (beksan) yang menandakan kehalusan gerak dalam tata tarinya. Tari-tari ini telah ada dari ratusan tahun yang lalu, semenjak zaman hindu, namun gerakan dan busananya telah disesuaikan dengan situasi dan kondisi dewasa ini. Contohnya, gerakan-gerakan tertentu yang dianggap tidak sesuai dengan adab islam mengalami sedikit perubahan. Seni tari daerah Banjar yang terkenal misalnya :

  • Tari Baksa Kembang, dalam penyambutan tamu agung.
  • Tari Baksa Panah
  • Tari Baksa Dadap
  • Tari Baksa Lilin
  • Tari Baksa Tameng
  • Tari Radap Rahayu, dalam upacara perkawinan
  • Tari Kuda Kepang
  • Tari Japin/Jepen
  • Tari Tirik
  • Tari Gandut

Seni Karawitan

Gamelan Banjar

  • Gamelan Banjar Tipe Keraton
  • Gamelan Banjar Tipe Rakyatan

Lagu Daerah

Lagu daerah Banjar yang terkenal misalnya :

Seni rupa Dwimatra

Seni Anyaman

Seni anyaman dengan bahan rotan, bambu dan purun sangat artistik. Anyaman rotan berupa tas dan kopiah.

Seni Lukisan Kaca

Seni lukisan kaca berkembang pada tahun lima puluhan, hasilnya berupa lukisan buroq, Adam dan Hawa dengan buah kholdi, kaligrafi masjid dan sebagainya. Ragam hiasnya sangat banyak diterapkan pada perabot berupa tumpal, sawstika, geometris, flora dan fauna.

Seni Tatah/Ukir

Motif jambangan bunga dan tali bapilin dalam seni tatah ukir Banjar

Seni ukir terdiri atas tatah surut (dangkal) dan tatah babuku (utuh). Seni ukir diterapkan pada kayu dan kuningan. Ukiran kayu diterapkan pada alat-alat rumah tangga, bagian-bagian rumah dan masjid, bagian-bagian perahu dan bagian-bagian cungkup makam. Ukiran kuningan diterapkan benda-benda kuningan seperti cerana, abun, pakucuran, lisnar, perapian, cerek, sasanggan, meriam kecil dan sebagainya. Motif ukiran misalnya Pohon Hayat, pilin ganda, swastika, tumpal, kawung, geometris, bintang, flora binatang, kaligrafi, motif Arabes dan Turki.

Pencak Silat Kuntau Banjar

Pencak Silat Kuntau Banjar adalah ilmu beladiri yang berkembang di Tanah Banjar dan daerah perantaun suku Banjar.

Seni Rupa Trimatra (Rumah Adat)

Rumah adat Banjar ada beberapa jenis, tetapi yang paling menonjol adalah Rumah Bubungan Tinggi yang merupakan tempat kediaman raja (keraton). Jenis rumah yang ditinggali oleh seseorang menunjukkan status dan kedudukannya dalam masyarakat. Jenis-jenis rumah Banjar:

  1. Rumah Bubungan Tinggi, kediaman raja
  2. Rumah Gajah Baliku, kediaman saudara dekat raja
  3. Rumah Gajah Manyusu, kediaman “pagustian” (bangsawan)
  4. Rumah Balai Laki, kediaman menteri dan punggawa
  5. Rumah Balai Bini, kediaman wanita keluarga raja dan inang pengasuh
  6. Rumah Palimbangan, kediaman alim ulama dan saudagar
  7. Rumah Palimasan (Rumah Gajah), penyimpanan barang-barang berharga (bendahara)
  8. Rumah Cacak Burung (Rumah Anjung Surung), kediaman rakyat biasa
  9. Rumah Tadah Alas
  10. Rumah Lanting, rumah diatas air
  11. Rumah Joglo Gudang
  12. Rumah Bangun Gudang

Jukung Banjar

Miniatur jukung gundul suku Banjar

Erik Petersen telah mengadakan penelitian tentang jukung Banjar dalam bukunya Jukungs Boat From The Barito Basin, Borneo. Jukung adalah transportasi khas Kalimantan. Ciri khasnya terletak pada teknik pembuatannya yang mempertahankan sistem pembakaran pada rongga batang kayu bulat yang akan dibuat menjadi jukung. Jenis Jukung :

  1. Jukung Sudur (rangkaan)
    1. Jukung Sudur Biasa
    2. Jukung Sudur Bakapih
    3. Jukung Sudur Anak Ripang
  2. Jukung Patai
    1. Jukung Biasa
    2. Jukung Hawaian
    3. Jukung Kuin
    4. Jukung Pelanjan
    5. Jukung Ripang Hatap
    6. Jukung Pemadang
  3. Jukung Batambit
    1. Jukung Tambangan
    2. Jukung Babanciran
    3. Jukung Undaan
    4. Jukung Parahan
    5. Jukung Gundul
    6. Jukung Pandan Liris
    7. Jukung Tiung

    Wayang Banjar

    Wayang Banjar terdiri dari :

  4. Wayang kulit Banjar
  5. Wayang gung/wayang Gong yaitu (wayang orang versi suku Banjar

Mamanda

Mamanda merupakan seni teater tradisonal suku Banjar.

Tradisi Bananagaan

  1. Naga Badudung
  2. Kepala Naga Gambar Sawit
  3. Kepala Naga Darat

Mandau, Senjata Tradisional Orang Dayak di Kalimantan


Kalimantan adalah salah satu dari 5 pulau besar yang ada di Indonesia. Sebenarnya pulau ini tidak hanya merupakan “daerah asal” orang Dayak semata karena di sana ada orang Banjar (Kalimantan Selatan) dan orang Melayu. Dan, di kalangan orang Dayak sendiri satu dengan lainnya menumbuh-kembangkan kebudayaan tersendiri. Dengan perkataan lain, kebudayaan yang ditumbuh-kembangkan oleh Dayak-Iban tidak sama persis dengan kebudayaan yang ditumbuh-kembangkan Dayak-Punan dan seterusnya. Namun demikian, satu dengan lainnya mengenal atau memiliki senjata khas Dayak yang disebut sebagai mandau. Dalam kehidupan sehari-hari senjata ini tidak lepas dari pemiliknya. Artinya, kemanapun ia pergi mandau selalu dibawanya karena mandau juga berfungsi sebagai simbol seseorang (kehormatan dan jatidiri). Sebagai catatan, dahulu mandau dianggap memiliki unsur magis dan hanya digunakan dalam acara ritual tertentu seperti: perang, pengayauan, perlengkapan tarian adat, dan perlengkapan upacara.

Mandau dipercayai memiliki tingkat-tingkat kampuhan atau kesaktian. Kekuatan saktinya itu tidak hanya diperoleh dari proses pembuatannya yang melalui ritual-ritual tertentu, tetapi juga dalam tradisi pengayauan (pemenggalan kepala lawan). Ketika itu (sebelum abad ke-20) semakin banyak orang yang berhasil di-kayau, maka mandau yang digunakannya semakin sakti. Biasanya sebagian rambutnya sebagian digunakan untuk menghias gagangnya. Mereka percaya bahwa orang yang mati karena di-kayau, maka rohnya akan mendiami mandau sehingga mandau tersebut menjadi sakti. Namun, saat ini fungsi mandau sudah berubah, yaitu sebagai benda seni dan budaya, cinderamata, barang koleksi serta senjata untuk berburu, memangkas semak belukar dan bertani.

Struktur Mandau
1. Bilah Mandau
Bilah mandau terbuat dari lempengan besi yang ditempa hingga berbentuk pipih-panjang seperti parang dan berujung runcing (menyerupai paruh yang bagian atasnya berlekuk datar). Salah satu sisi mata bilahnya diasah tajam, sedangkan sisi lainnya dibiarkan sedikit tebal dan tumpul. Ada beberapa jenis bahan yang dapat digunakan untuk membuat mandau, yaitu: besi montallat, besi matikei, dan besi baja yang diambil dari per mobil, bilah gergaji mesin, cakram kendaraan, dan lain sebagainya. Konon, mandau yang paling baik mutunya adalah yang dibuat dari batu gunung yang dilebur khusus sehingga besinya sangat kuat dan tajam serta hiasannya diberi sentuhan emas, perak, atau tembaga. Mandau jenis ini hanya dibuat oleh orang-orang tertentu.

Pembuatan bilah mandau diawali dengan membuat bara api di dalam sebuah tungku untuk memuaikan besi. Kayu yang digunakan untuk membuat bara api adalah kayu ulin. Jenis kayu ini dipilih karena dapat menghasilkan panas yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kayu lainnya. Setelah kayu menjadi bara, maka besi yang akan dijadikan bilah mandau ditaruh diatasnya agar memuai. Kemudian, ditempa dengan menggunakan palu. Penempaan dilakukan secara berulang-ulang hingga mendapatkan bentuk bilah mandau yang diinginkan. Setelah bilah terbentuk, tahap selanjutnya adalah membuat hiasan berupa lekukan dan gerigi pada mata mandau serta lubang-lubang pada bilah mandau. Konon, pada zaman dahulu banyaknya lubang pada sebuah mandau mewakili banyaknya korban yang pernah kena tebas mandau tersebut. Cara membuat hiasan sama dengan cara membuat bilah mandau, yaitu memuaikan dan menempanya dengan palu berulang-ulang hingga mendapatkan bentuk yang diinginkan. Setelah itu, barulah bilah mandau dihaluskan dengan menggunakan gerinda.

2. Gagang (Hulu Mandau)
Gagang (hulu mandau) terbuat dari tanduk rusa yang diukir menyerupai kepala burung. Seluruh permukaan gagangnya diukir dengan berbagai motif seperti: kepala naga, paruh burung, pilin, dan kait. Pada ujung gagang ada pula yang diberi hiasan berupa bulu binatang atau rambut manusia. Bentuk dan ukiran pada gagang mandau ini dapat membedakan tempat asal mandau dibuat, suku, serta status sosial pemiliknya.

3. Sarung Mandau.
Sarung mandau (kumpang) biasanya terbuat dari lempengan kayu tipis. Bagian atas dilapisi tulang berbentuk gelang. Bagian tengah dan bawah dililit dengan anyaman rotan sebagai penguat apitan. Sebagai hiasan, biasanya ditempatkan bulu burung baliang, burung tanyaku, manik-manik dan terkadang juga diselipkan jimat. Selain itu, mandau juga dilengkapi dengan sebilah pisau kecil bersarung kulit yang diikat menempel pada sisi sarung dan tali pinggang dari anyaman rotan.

Nilai Budaya
Pembuatan mandau, jika dicermati secara seksama, di dalamnya mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu antara lain: keindahan (seni), ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Nilai keindahan tercermin dari bentuk-bentuk mandau yang dibuat sedemikian rupa, sehingga memancarkan keindahan. Sedangkan, nilai ketekunan, ketelitian, dan kesabaran tercermin dari proses pembuatannya yang memerlukan ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Tanpa nilai-nilai tersebut tidak mungkin akan terwujud sebuah mandau yang indah dan sarat makna.

Seni Tari Dayak

Tarian yang menggambarkan gerakan orang menanam padi. Tongkat menggambarkan kayu penumbuk sedangkan bambu serta biji-bijian didalamnya menggambarkan benih padi dan wadahnya.

Tarian ini cukup terkenal dan sering disajikan dalam penyambutan tamu dan acara-acara lainnya.Tari ini tidak hanya dikenal oleh suku Dayak Tunjung namun juga dikenal oleh suku Dayak Benuaq. Tarian ini dapat dibagi dalam tiga versi yaitu tari Gantar Rayatn, Gantar Busai dan Gantar Senak/Gantar Kusak.

Tari PerangTari Perang


2. Tari Kancet Papatai / Tari Perang
Tarian ini menceritakan tentang seorang pahlawan Dayak Kenyah berperang melawan musuhnya. Gerakan tarian ini sangat lincah, gesit, penuh semangat dan kadang-kadang diikuti oleh pekikan si penari.

Dalam tari Kancet Pepatay, penari mempergunakan pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah dilengkapi dengan peralatan perang seperti mandau, perisai dan baju perang. Tari ini diiringi dengan lagu Sak Paku dan hanya menggunakan alat musik Sampe.

Tari Kancet Ledo

3. Tari Kancet Ledo / Tari Gong
Jika Tari Kancet Pepatay menggambarkan kejantanan dan keperkasaan pria Dayak Kenyah, sebaliknya Tari Kancet Ledo menggambarkan kelemahlembutan seorang gadis bagai sebatang padi yang meliuk-liuk lembut ditiup oleh angin.

Tari ini dibawakan oleh seorang wanita dengan memakai pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah dan pada kedua tangannya memegang rangkaian bulu-bulu ekor burung Enggang. Biasanya tari ini ditarikan diatas sebuah gong, sehingga Kancet Ledo disebut juga Tari Gong.

4. Tari Kancet Lasan
Menggambarkan kehidupan sehari-hari burung Enggang, burung yang dimuliakan oleh suku Dayak Kenyah karena dianggap sebagai tanda keagungan dan kepahlawanan. Tari Kancet Lasan merupakan tarian tunggal wanita suku Dayak Kenyah yang sama gerak dan posisinya seperti Tari Kancet Ledo, namun si penari tidak mempergunakan gong dan bulu-bulu burung Enggang dan juga si penari banyak mempergunakan posisi merendah dan berjongkok atau duduk dengan lutut menyentuh lantai. Tarian ini lebih ditekankan pada gerak-gerak burung Enggang ketika terbang melayang dan hinggap bertengger di dahan pohon.

5.Tari Leleng
Tarian ini menceritakan seorang gadis bernama Utan Along yang akan dikawinkan secara paksa oleh orangtuanya dengan pemuda yang tak dicintainya. Utan Along akhirnya melarikan diri kedalam hutan. Tarian gadis suku Dayak Kenyah ini ditarikan dengan diiringi nyanyian lagu Leleng.

Tari Hudoq

6. Tari Hudoq
Tarian ini dilakukan dengan menggunakan topeng kayu yang menyerupai binatang buas serta menggunakan daun pisang atau daun kelapa sebagai penutup tubuh penari. Tarian ini erat hubungannya dengan upacara keagamaan dari kelompok suku Dayak Bahau dan Modang. Tari Hudoq dimaksudkan untuk memperoleh kekuatan dalam mengatasi gangguan hama perusak tanaman dan mengharapkan diberikan kesuburan dengan hasil panen yang banyak.

7. Tari Hudoq Kita’
Tarian dari suku Dayak Kenyah ini pada prinsipnya sama dengan Tari Hudoq dari suku Dayak Bahau dan Modang, yakni untuk upacara menyambut tahun tanam maupun untuk menyampaikan rasa terima kasih pada dewa yang telah memberikan hasil panen yang baik. Perbedaan yang mencolok anatara Tari Hudoq Kita’ dan Tari Hudoq ada pada kostum, topeng, gerakan tarinya dan iringan musiknya. Kostum penari Hudoq Kita’ menggunakan baju lengan panjang dari kain biasa dan memakai kain sarung, sedangkan topengnya berbentuk wajah manusia biasa yang banyak dihiasi dengan ukiran khas Dayak Kenyah. Ada dua jenis topeng dalam tari Hudoq Kita’, yakni yang terbuat dari kayu dan yang berupa cadar terbuat dari manik-manik dengan ornamen Dayak Kenyah.

8. Tari Serumpai
Tarian suku Dayak Benuaq ini dilakukan untuk menolak wabah penyakit dan mengobati orang yang digigit anjing gila. Disebut tarian Serumpai karena tarian diiringi alat musik Serumpai (sejenis seruling bambu).

BelianTari Belian Bawo

9. Tari Belian Bawo
Upacara Belian Bawo bertujuan untuk menolak penyakit, mengobati orang sakit, membayar nazar dan lain sebagainya. Setelah diubah menjadi tarian, tari ini sering disajikan pada acara-acara penerima tamu dan acara kesenian lainnya. Tarian ini merupakan tarian suku Dayak Benuaq.

10. Tari Kuyang
Sebuah tarian Belian dari suku Dayak Benuaq untuk mengusir hantu-hantu yang menjaga pohon-pohon yang besar dan tinggi agar tidak mengganggu manusia atau orang yang menebang pohon tersebut.

11. Tari Pecuk Kina
Tarian ini menggambarkan perpindahan suku Dayak Kenyah yang berpindah dari daerah Apo Kayan (Kab. Bulungan) ke daerah Long Segar (Kab. Kutai Barat) yang memakan waktu bertahun-tahun.

12. Tari Datun
Tarian ini merupakan tarian bersama gadis suku Dayak Kenyah dengan jumlah tak pasti, boleh 10 hingga 20 orang. Menurut riwayatnya, tari bersama ini diciptakan oleh seorang kepala suku Dayak Kenyah di Apo Kayan yang bernama Nyik Selung, sebagai tanda syukur dan kegembiraan atas kelahiran seorang cucunya. Kemudian tari ini berkembang ke segenap daerah suku Dayak Kenyah.

13. Tari Ngerangkau
Tari Ngerangkau adalah tarian adat dalam hal kematian dari suku Dayak Tunjung dan Benuaq. Tarian ini mempergunakan alat-alat penumbuk padi yang dibentur-benturkan secara teratur dalam posisi mendatar sehingga menimbulkan irama tertentu.

14. Tari Baraga’ Bagantar
Awalnya Baraga’ Bagantar adalah upacara belian untuk merawat bayi dengan memohon bantuan dari Nayun Gantar. Sekarang upacara ini sudah digubah menjadi sebuah tarian oleh suku Dayak Benuaq.

Seni Musik Dayak





Seni Musik Dayak






Pria Dayak Kenyah yang memainkan alat musik Sampe'Alat Musik Sampe
Photo: AsiaFoto.com

Suku Dayak memiliki bermacam-macam alat musik, baik berupa alat musik petik, pukul dan tiup. Dalam kehidupan sehari-hari suku di pedalaman ini, musik juga merupakan sarana yang tidak kalah pentingnya untuk penyampaian maksud-maksud serta puja dan puji kepada yang berkuasa, baik terhadap roh-roh maupun manusia biasa. Selain itu musik alat-alat musik ini digunakan untuk mengiringi bermacam-macam tarian.

Seperti halnya dalam seni tari, pada seni musik pun mereka memiliki beberapa bentuk ritme, serta lagu-lagu tertentu untuk mengiringi suatu tarian dan upacara-upacara tertentu. Masing-masing suku memiliki kekhasannya sendiri-sendiri.


Alat Musik Suku Dayak:

Alat Musik

Keterangan

Gendang
Ada beberapa jenis Gendang yang dikenal oleh suku Dayak Tunjung:
  • Prahi
  • Gimar
  • Tuukng Tuat
  • Pampong
Genikng
Sebuah gong besar yang juga digantungkan pada sebuah standar (tempat gantungan) seperti halnya gong di Jawa.
Gong
Sama seperti gong di Jawa, dengan diameter 50-60 cm
Glunikng
Sejenis alat musik pukul yang bilah-bilahnya terbuat dari kayu ulin. Mirip alat musik saron di Jawa.
Jatung Tutup
Gendang besar dengan ukuran panjang 3 m dan diameter 50 cm
Jatung Utang
Sejenis alat musik pukul dari kayu yang berbentuk gambang. Memiliki 12 kunci, tergantung dari atas sampai bawah dan dimainkan dengan kedua belah tangan.
Kadire
Alat musik tiup yang terbuat dari pelepah batang pisang dan memiliki 5 buah pipa bambu yang dibunyikan dengan mempermainkan udara pada rongga mulut untuk menghasilkan suara dengung.
Klentangan
Alat musik pukul yang terdiri dari enam buah gong kecil tersusun menurut nada-nada tertentu pada sebuah tempat dudukan berbentuk semacam kotak persegi panjang (rancak). Bentuk alat musik ini mirip dengan bonang di Jawa. Gong-gong kecil terbuat dari logam sedangkan tempat dudukannya terbuat dari kayu.
Sampe
Sejenis gitar atau alat musik petik dengan dawai berjumlah 3 atau 4. Biasanya diberi hiasan atau ukiran khas suku Dayak.
Suliikng
Alat musik tiup yang terbuat dari bambu. Ada beberapa jenis suliikng:
  • Bangsi / Serunai
  • Suliikng Dewa
  • Kelaii
  • Tompong
Taraai
Sebuah gong kecil yang digantungkan pada sebuah standar (tempat gantungan). Alat pemukul terbuat dari kayu yang agak lunak.
Uding (Uring)
Sebuah kecapi yang terbuat dari bambu atau batang kelapa. Alat musik ini dikenal juga sebagai Genggong (Bali) atau Karinding (Jawa Barat).

Seni Pahat & Patung


Suku Dayak mengenal seni pahat patung yang berfungsi sebagai ajimat, kelengkapan upacara atau sebagai alat upacara.

Patung Ajimat
Patung sebagai ajimat terbuat dari berbagai jenis kayu yang dianggap berkhasiat untuk menolak penyakit atau mengembalikan semangat orang yang sakit.

Patung Kelengkapan Upacara
Patung-patung kecil untuk kelengkapan upacara biasanya digunakan saat pelaksanaan upacara adat seperti pelas tahun, kuangkai, dan pesta adat lainnya. Patung kecil ini terbuat dari berbagai bahan, seperti kayu, bambu hingga tepung ketan.

Patung BlontangPatung blontang suku Dayak ini mengingatkan kita pada totem yang dimiliki oleh suku Indian di Amerika.

Patung Alat Upacara
Patung sebagai alat upacara contohnya adalah patung blontang yang terbuat dari kayu ulin. Tinggi patung antara 2 - 4 meter dan dasarnya ditancapkan kedalam tanah sedalam 1 meter.

Motif Pahatan Suku Dayak
Suku Dayak memiliki pola-pola atau motif-motif yang unik dalam setiap pahatan mereka. Umumnya mereka mengambil pola dari bentuk-bentuk alam seperti tumbuhan, binatang serta bentuk-bentuk yang mereka percaya sebagai roh dari dewa-dewa, misalnya Naang Brang, Pen Lih, Deing Wung Loh, dan sebagainya.

Herry Dim


Herry Dim, disebut oleh teman-teman dekatnya sebagai laboratorium hidup, manusia eksperimental, dan tukang menabrak ketidakjelasan. Harry Roesli dalam candanya bahkan kerap mengatakan, “maneh mah jelema sial, sialna teu weleh miheulaan bae zaman (kamu ini manusia sial, sialnya hampir selalu mendahului zaman),” itu untuk mengatakan bahwa karya-karya temuan Herry Dim sebagai seniman senantiasa “lambat” diterima publik meski belakangan menjadi umum dan banyak dikerjakan oleh seniman-seniman lain. Sebagai pelukis, misalnya, ia mendahului menerakan ragam benda atau material apapun ke dalam kanvasnya. Pada saat muncul ditanggapi dengan sepi, tapi belasan tahun kemudian menjadi kecenderungan umum di kalangan senirupa. Tahun 1990-91 menggagas “metateater” kemudian mengerjakannya bersama Harry Roesli dan Teater Payung Hitam. Ide untuk membobol batas kaku antara senirupa, teater, musik, tari, dan seni peran, ini pun diterima dengan dingin dan bahkan hanya menerima hujatan. Belakangan setelah sekitar 15 tahun kemudian, semodel “metateater” malah beranak pinak; ada yang di dalam istilah performance art, multi-media, dan sebagian mengembangkan seni aksi visual ini dengan nama-nama lain. Herry Dim pula yang “menabrak” masa kesulitan biaya untuk artistik pementasan teater di awal tahun 1980-an dengan mengatakan “tak usah beli dan bawa apa-apa ke tempat pertunjukkan, cukup membawa tubuh kita saja, nanti yang ada di sana kita manfaatkan,” maka muncullah konsepnya yang disebut “badingkut,” konsep ini pula yang pada dasarnya melandasi kesenirupaannya. Bahkan, lagi-lagi untuk senirupa dan seni pertunjukan, ia mengawali konsep “hadir di manapun,” antara lain muncullah karyanya di sungai, kuburan, perkebunan teh, dan jarian (bahasa Sunda = lahan tak jelas yang penuh dengan belukar), dan tempat-tempat tak lumrah lainnya.
Karya “rupa”nya yang paling terakhir selain yang dalam bentuk lukisan adalah gambar motekar. Kiranya merupakan bagian lain dari ujicoba laboratorium yang ada pada tubuhnya. Ia memungut sesuatu yang cenderung sudah ditinggalkan, tak punya harapan, malah wilayahnya pun dimulai dari hal yang tak dijamah seniman-seniman lain; dunia anak-anak! Kecuali applause dari anak-anak itu sendiri, selama empat tahun berjalan (2000-2003) pun sepi tanggapan dari sesama seniman, kritisi, apalagi akademisi seni.
Lahir di Bandung, 19 Mei 1955. Kegiatan utamanya kini sebagai pelukis sambil sesekali mengerjakan pula artistik untuk seni pertunjukan (drama, tari, musik), seni grafis, disain grafis, seni instalasi, dan kadang-kadang menulis esei seni dan kebudayaan di berbagai media seperti di Pikiran Rakyat, Republika, Kompas, Gatra, Matra, Horison, dll. Kumpulan tulisannya sempat dibukukan dengan judul “Jawinul: Jalan-jalan di Rimba Kebudayaan” (1995). Sebagai pelukis, ia termasuk seorang otodidak yang dengan sungguh-sungguh mempelajari ihwal ragam seni etnik, dasar-dasar drawing, seni grafis, dan seni lukis melalui berbagai sumber yang dicarinya sendiri ataupun dengan “berguru” pada seniman-seniman lain.
Ia mulai melukis sejak kecil dan intesifnya setelah lulus SMA di tahun1973. Pada tahun 1975 ia bergabung dengan Bengkel Pelukis Jakarta dan pada tahun 1976 bergabung dengan Sanggar Garajas. Pada tahun 1978 ia kembali ke Bandung, tahun 1983 bersama seniman-seniman lainnya seperti Rudy Pranadjaya, Nana Banna, dan Benny Somantri (alm.) mendirikan Kelompok Seniman Bandung.
Sejak tahun 1975, ia telah mengikuti berbagai pameran. Dalam catatan era tahun

1990-an saja, antara lain ia mengikuti pameran-pameran: International Exhibition of Asian Artists (Bandung), Biennale Yogyakarta, Festival Istiqlal, Biennale Jakarta, Non-Aligned Countries Contemporary Art Exhibition, 3 Indonesian Contemporary Artists (Jakarta), Rites to the Earth yang bersambung dengan peristiwa “Ruwatan Bumi,” International Exhibition of Asian Artists (Kualalumpur), International Exhibition of Asian Artists (Fukuoka). Pada bulan Mei hingga Agustus 1996, ia diundang oleh Kulturby Art Foundation untuk mengikuti pameran besar senirupa kontemporer dengan tajuk Container 96: Art Accross the Oceans di Copenhagen, Denmark. Platform 1 yang dikelola oleh Canvas Foundation di Amsterdam. Serta mengikuti pameran 6 Indonesian Painters di Darga & Lansberg Gallery, Paris, 1998.
Pameran tunggalnya yang pernah diselenggarakan adalah “Senirupa Ritus - Ritus Senirupa” (1986), “Senirupa dan Sastra” (1991), “Menyongsong Millenium ke-3″ (1993), “Instalasi 10 Biografi” (1993-94), Lukisan dan Instalasi “Sebuah Ruang Tamu Tak Berpenghuni” sebagai ungkapan keprihatinan atas peristiwa bredel tiga media cetak (1994), “Instalasi Bebegig” (1994), “gonjangganjingnegeriku” (1998 di Bandung dan 2000 di TIM Jakarta). Di tahun 1994 ia berkesempatan pergi ke kota Berlin selama 6 bulan, antara lain sempat melakukan kegiatan seni di Mime Centrum dengan seniman setempat dan seniman Ethiopia.
Banyak pula karya-karyanya yang merupakan karya kolaborasi antara lain seperti “Overdose” bersama Harry Roesli; “24 Jam” bersama Dieter Mack; “Rakit” bersama Endo Suanda, Hendrawan Riyanto, Harry Roesli, Rendra, Putu Wijaya, dll.; “Metateater” bersama Harry Roesli & Teater Payung Hitam; “Pohaci & Bebegig” bersama istrinya, Ine Arini, yang seorang penari, “Guguran Daun” bersama sejumlah penyair, “Instalasi Onggokan Nasi” bersama Rendra, “Instalasi Negeri Angin” untuk pembacaan sajaknya Agus R. Sarjono, dll. Akan panjang catatan ini jika ditambah dengan karya-karya artistiknya untuk berbagai pertunjukan teater hingga karya-karya disain grafisnya untuk berbagai penerbitan, terutama buku-buku sastrawan nasional atau pun internasional.
Sepanjang kariernya, ia pernah melewati 4 periode penting. Pertama, periode etnik, yaitu saat ia melakukan studi terhadap esensi dan simbol-simbol seni etnik, khususnya yang bersumber pada dasar kebudayaan masyarakat Kanekes, serta dari pergaulannya selama lebih dari satu tahun dengan suku Bajo di perairan Sulawesi. Senirupa Ritus - Ritus Senirupa lahir pada periode ini. Kedua, periode biru dan boom lukisan, ia kembali ke masa lalunya dalam artian mengolah kembali keterampilannya dalam menggambar (drawing) dan melukis model dengan pilihan warna monokrom biru. Selewat masa itu, warna-warna dalam karya lukisnya kembali muncul malah sepertinya menjadi koloris (colorist), kecenderungannya ini tumbuh bersamaan dengan situasi boom lukisan yang pernah terjadi di tanah air. Ketiga, periode anak-anak, satu periode pendek ketika ia begitu asyik melakukan kegiatan melukis bersama anaknya yang ketika itu masih berusia 4 tahun. Bisa disebut sebagai periode yang penuh gairah dan keliaran, dimana ia berkesempatan menengok kembali wilayah-wilayah yang paling archais dalam hidupnya. Keempat, periode Pohaci, yaitu saat ia sepertinya tengah menjumput kembali sejumlah pengalaman seninya, mencoba menggabungkannya dan membangun sesuatu yang sama sekali baru. Saat inilah ia tengah pulang-pergi antara masa lalu, saat ini, dan pandangannya ke masa depan. Dilatari oleh serangkaian perjalanan kreatif seperti disebut di atas, maka di antara seluruh perjalanan dan di masa “Pohaci” inilah konsep “badingkut”nya lahir. “Bunyi” kredo “badingkut” maka tak hanya dalam konteks kesadaran sosial, tapi sesungguhnya didasari pula oleh kesadaran estetik serta filsafat seni yang selama ini ia hayati sekaligus ia praktekan. Berbagai hal yang bagi orang lain mungkin dianggap muskil, ia susun kembali dan ia bentuk menjadi pernyataan baru dengan sebuah pengharapan yang selalu digumamkannya: “meski harus dimulai dengan mengais-kais reruntuk, akan kuantarkan bangsa ini memasuki masa pencerahan!”


Ludwig van Beethoven keluar jadi jabang bayi tahun 1770 di kota Bonn, Jerman. Semasa kanak-kanak sudah tampak jelas bakat musiknya yang luar biasa dan buku musik ciptaannya muncul pertama kali tahun 1783. Di usia remaja dia berkunjung ke Wina dan diperkenalkan kepada Mozart tetapi perjumpaan keduanya berlangsung singkat. Tahun 1792 Beethoven kembali ke Wina dan sebentar dia belajar musik dengan Haydn yang kala itu pencipta musik Wina kesohor (Mozart mati setahun sebelumnya).

Beethoven menetap di Wina, Mekkahnya musik waktu itu, selama sisa hidupnya. Rasa musik Beethoven yang tinggi selaku pemain piano mengesankan tiap pendengamya dan dia berhasil baik selaku pemain maupun guru. Segera dia menjadi pencipta musik yang produktif juga. Karyanya dapat sambutan baik. Sejak umur pertengahan dua puluhan ke atas, dia sudah mampu menerbitkan dan menjual buku ciptaan musiknya tanpa kesulitan apa pun.
42. LUDWIG VAN BEETHOVEN (1770-1827)
Ketika Beethoven berumur di ujung dua puluhan, tanda-tanda ketuliannya mulai tampak. Tak pelak lagi gejala ini amat merisaukan si komponis muda. Tuli buat seorang pencipta musik betul-betul suatu malapetaka. Suatu ketika timbul keinginannya mau bunuh diri saja.

Tahun-tahun antara 1802-1815 sering dianggap masa pertengahan karier Beethoven. Pada masa istirahat itu, akibat ketuliannya menghebat, dia mulai mundur dari pergaulan masyarakat. Ketunarunguannya ini membuat orang punya kesan tidak yakin bahwa Beethoven memang betul-betul anti manusia, anti masyarakat, benci bergaul. Dia terlibat dengan percintaan yang kerap dengan gadis-gadis muda tetapi tampaknya semua hubungan ini berakhir tak bahagia dan tak pernah beristeri.

Karya musik Beethoven sendiri menggila produktifnya. Tahun-tahun terus berjalan namun perhatian yang diterimanya makin lama makin susut yang mestinya populer buat seorang komponis seperti dia di jaman itu. Tetapi, kesuksesannya menanjak terus.

Pada usia empat puluhan Beethoven menjadi seratus persen pekak. Akibatnya, dia tak pernah lagi tampil di muka umum dan semakin menjauhi masyarakat. Hasil karyanya semakin sedikit dan semakin sulit di fahami. Sejak itu dia mencipta terutama buat dirinya sendiri dan beberapa pendengar yang punya ideal masa depan. Dia pernah bilang kepada seorang kritikus musik, “Ciptaanku ini bukanlah untukmu tetapi untuk masa sesudahmu.”

Ini merupakan ironi yang kejam dari sebuah nasib bahwa seorang komponis paling berbakat sepanjang jaman harus tertimpa musibah ketulian semacam itu. Kalau saja Beethoven dengan kekuatan tekad non-manusiawi — dalam ketuliannya itu– terus tetap menjaga mutu komposisi musiknya, ini akan merupakan hal yang memukau dan brilian. Tetapi, kenyataan lebih mengherankan lagi ketimbang yang dibayangkan dalam masa tahun-tahun ketulian totalnya, Beethoven melakukan ciptaan tidak sekedar setarap dengan apa yang dihasilkan sebelumnya, melainkan umumnya dianggap merupakan hasil karya terbesarnya. Dia meninggal di Wina tahun 1827 pada usia lima puluh tujuh tahun.

Karya Beethoven yang banyak itu termasuk 9 simfoni, 32 sonata piano, 5 piano concerto, 10 sonata untuk piano dan biola, serangkaian kuartet gesek yang menakjubkan, musik vokal, musik teater, dan banyak lagi. Tetapi, yang lebih penting dari jumlah ciptaannya adalah segi kualitasnya. Karyanya merupakan kombinasi luar biasa dari kedalaman perasaan dengan kesempurnaan tata rencana. Beethoven memperagakan bahwa musik instrumental tak bisa lagi dianggap cuma punya nilai seni nomor dua. Ini dibuktikan dari komposisi yang disusunnya yang telah mengangkat musik instrumental itu ke tingkat nilai seni yang amat tinggi.
Beethoven benar-benar seorang pencipta orisinal yang jempolan dan banyak perubahan-perubahan yang dilakukan dan diperkenalkannya mempunyai pengaruh yang abadi. Dia memperluas ukuran sebuah orkestra. Dia menambah panjangnya simfoni dan memperluas daya jangkaunya. Dengan mendemonstrasikan kemungkinan yang hampir tak terbatas yang bisa dihasilkan oleh piano, dia membantu menjadikan piano itu instrumen musik yang paling terkemuka. Beethoven membuka babak transisi dari musik klasik ke musik bergaya romantik dan karyanya merupakan sumber ilham untuk gaya romantik.

Dia menanamkan daya pengaruh yang menghunjam pada diri komponis-komponis yang muncul belakangan, termasuk tokoh-tokoh yang memiliki gaya berbeda seperti Brahms, Wagner, Schubert dan Tchaikovsky. Dia juga merintis jalan buat Berlioz, Gustav Mahler, Richard Strauss dan banyak lagi lainnya.

Nyata benar, Beethoven mesti ditempatkan di atas musikus mana pun dalam daftar urutan buku ini. Meski Johann Sebastian Bach nyaris punya keistimewaan setara, karya Beethoven lebih luas dan lebih sering didengar ketimbang ciptaan Bach. Lebih dari itu, sejumlah penyempurnaan yang dilakukan Beethoven lebih punya pengaruh mendalam terhadap perkembangan musik selanjutnya ketimbang hasil karya Bach.

Secara umum, ide etik dan politik lebih gampang dijabarkan dengan kata-kata daripada musik dan kesusasteraan. Punya ruang lingkup pengaruh yang lebih luas dari pada musik. Atas dasar pertimbangan inilah Beethoven –meski tokoh jempolan dalam sejarah musik– ditempatkan dalam urutan lebih rendah ketimbang Shakespeare. Dalam hal membandingkan antara Beethoven dan Michelangelo, saya amat terpengaruh dengan kenyataan bahwa umumnya orang lebih banyak gunakan waktu mendengarkan musik daripada memandang lukisan atau patung pahatan, dan atas dasar alasan ini pula saya pikir komponis-komponis musik umumnya lebih berpengaruh dibanding pelukis atau pemahat yang kemasyhurannya dalam lapangan masing-masing setara. Walhasil, tampaknya cukup layak menempatkan Beethoven pada urutan antara Shakespeare dan Michelangelo.

Minggu, 16 Agustus 2009

WORKSHOP KEAKTORAN part 3

JIWA



Jiwa

Proses pertama transformasi atau penjiwaan terhdap peran, adalah memberi focus kepada energi yang sudah dimiliki oleh si actor. Dia harus mengendalikan dirinya menuju satu tujuan tertentu. Usaha memfokuskan energi itu adalah usaha menyerahkan diri sepenuhnya kepada aksi dramatis sesuai tuntutan naskah, dimana ia mampu menentukan pilihan-pilihan aksi selaras dengan keyakinannya terhadap tokohnya.



Konsentrasi

Pengertian : konsentrasi secara harfiah berarti memfokus, sehingga dalam konsentrasi, kepekaan si actor dapat mengalir bebas menuju satu titik atau bentuk tertentu.



Persiapan seorang actor

Seorang actor harus punya pusat perhatian (konsentrasi) dan bahwa pusat ini seyogyanya tidak berada di tengah tempat latihan. Makin menarik pusat perhatian, makin sanggup ia memusatkan perhatian.

Jelas sekali sebelum anda sanggup menetapkan titik perhatian yang sedang dan yang jauh, terlebih dahulu anda harus belajar bagaimana caranya memandang dan melihat benda-benda di area set.

Aktor yang berada di area set, menghayati suatu kehidupa yang sejati atau imajiner. Kehidupan abstrak ini perhatian dalam diri kita. Tapi ia tidak mudah untuk dimanfaatkan, karena ia sangat rapuh. Seorang actor harus juga seorang pengamat, bukan saja dalam memainkan peran di atas pentas atau sebuah film, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Dengan keseluruhan dirinya ia harus memusatkan pikirannya pada segala yang menarik perhatiannya . Ia harus memandang sebuah objek, bukan lain, tapi betul-betul dengan mata yang tajam. Jika tidak, maka seluruh metode kreatifnya akan ternyata mengembang dan tidak punya hubungan dengan kehidupan. Umumnya orang tidak tahu bagaimana caranya mengamati tarikna wajah, sorotan mata seseorang dan nada suara untuk dapat memahami pikiran lawan bicara mereka. Mereka tidak bisa secara aktif memahami kebenaran kehidupan secara kompleks dan juga tidak sanggup mendengar kan sedemikian rupa, hingga mereka dapat memahami apa yang mereka dengar.

Jika mereka dapat melakukan ini, kehidupan ini akan jauh lebih baik, lebih mudah dan kerja kreatif mereka akan lebih kaya, lebih halus dan lebih dalam.

Tapi kita tidak bisa memaksakan pada seseorang sesuatu yang tidak dimilikinya, hanya daya yang dimilikinya saja yang bisa ia kembangkan.

Bagaimana cara untuk mencapai ini?
Pertama, actor harus belajar melihat, menyimak dan mendengarkan sesuatu yang indah. Kebiasaan itu akan mencerdaskan jiwa mereka dan melahirkan perasaan yang akan meninggalkan jejak-jejak yang dalam pada ingatan emosi mereka.

Ambil sekuntum bunga kecil atau selembar kelopak bunga dan cobalah utarakan dengan katapkata tentang seluk beluk, tekstur, warna dan sifat-sifatnya secara detail. Setelah melalui proses kreatif ini, lalu anda mulai menelaah bahan emosional yang hidup yang paling diperlukan dan dijadikan landasan bagi kreativitas selanjutnya.

Kesan-kesan yang diperoleh dari hubungan langsung dan pribadi dengan orang lainnya. Hubungan ini dapat diperoleh hanya kontak batin. Begitu banyak pengalaman batin ini yang tidak bisa dilihat secara inderawi oleh mata, hanya terbayang dalam tarikan wajah, mata, suara dan cara kita bicara dan menggerakan tangan. Tapi sungguhpun begitu, bukanlah hal yang mudah untuk menangkap apa yang terkandung dalam diri orang lain, Karena biasanya orang tidak selalu membukakan pintu hatinya dan membiarkan kita melihat mereka dan baimana mereka sebenarnya. Makna-makna seperti itu melekat pada pola perilaku yang mengenali dan mampu memanfaatkan aspek perilaku ini secaraefektif. Seorang actor dituntut untuk dapat memerankan setiap kegiatan disetiap situasi. Tiap karakterpun harus terindividualisasikan dengan hal yang berkenaan pada perilaku. Sebagai tambahan, tiap karakter yang diperankan seharusnya mempunyai perilaku yang umum seperti yang ada di tengah masyarakat.

Perilaku luar sebuah rancangan harus ditempatkan semata-mata melalui bagian luar karakternyasaja dari harus memiliki arti yang mendalam.

Terakhir, actor harus bisa mengontrol kecenderungan bahasa non – verbalnya yang mungkin saja tidak cocok dengan karakter yang diperankannya.



Observasi dan Empati

Observasi atau mengamati berarti tanggap akan hal apa saja yang terjadi dalam kehidupan. Tentang masyarakat, tempat, objek dan segala situasi yang menambah kedalaman tingkat kepekaan seorang actor. Ketika mengamati orang-orang actor seharusnya membuat catatan-catatan ini bisa menjadi dasar karakter yang akan ditemukannyadimasa dating. Ini dapat membantu saat dibutuhkan untuk menciptakan sebuah karakter lengkap dalam sebuah struktur permainan.

Sekali sebuah karakter mendarah daging dalam diri sang actor, hubungan langsunga dapat terjadi antara actor dan penonton. Penonton merasakan apa yang diperankan oleh sang actor. Sebagai contoh, saat seorang teman kehilangan seseorang yang dicintainya, respon empatinya adalah kita ikut merasakan penderitaannya.

Kekuatan suskes dari pengamatan (observasi) adalah gabungan antara empati dan perhatian intelektual. Ini artinya seorang actor harus mengembangkan sesitifitas pada indera: melihat, menyentuh, mencium, mendengar, dan merasakan.

Mengenal dan mengingat suatu perasan dalam aktifitas keseharian adalah sangat penting. Untuk mengamati secara benar seseorang harus dapat meraksan dan mengkatagorikan inderanya. Jadi, indera (senses), perasaan (feelings), dan pengamatan (observation) bergabung menjadi suatu mata rantai sebagai alat pembentuk sebuah karakter. Seorang actor harus menggunakan kekuatan observasi untuk tujuan-tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mempelajari karakter manusia dalam berjalan, gesture, berbicara dan duduk yang nantinya dapat ditiru saat berada di atas panggung.U

2. ntuk menstimulasi kreatifitas imajinasi.

3. Untuk menggabungkan beberapa kualita yang dapat dipelajari saat mengamati bintang. Keanggunan seekor kucing adalah salah satu contoh dari karakter binatang.



Aksi dan Emosi

Pengertian: Emosi adalah segala aktivitas yang mengekspresikan kondisi disini dan sekarang dari organisme manusia dan ditujukan ke arah duniannya di luar. “Emosi timbul secara otomatis” dan terikat dengan aksi yang dihasilkan dari konfrontasi manusia dengan dunianya. Aktor tidak menciptakan emosi karena emosi akan muncul dengan sendririnya lantaran keterlibatannya dalam memainkan peran sesuai dengan naskah.



Motivasi

Pengertian :Peran apapun yang anda mainkan harus memiliki tujuan dan motivasi. Dalamus keadaan bagaimanapun adalah mustahil untuk melakukan sesuatu yang secara langsung diarahkan untuk mencetuskan suatu perasaan demi perasaan itu sendiri. Kalau hal ini tidak diindahkan, maka anda tidk akan memperoleh apapun. Hanya kedangkalan saja. Jika kita memilih suatu tindakan atau perbuatan jangan menggunakan perasaan dan bathin anda. Jangan mencoba memperlihatkan aksi cemburu atau menyatakan cinta, semata hanya untuk kepentingan perasaan itu aja. Semua perasaan itu adalah akibat dari sesuatu yang terjadi sebelumnya. Cobalah ingat kejadian sebelumnya itu dalam-dalam dan hasilnya akan datang sendiri. Penggambaran nafsu yang palsu, yang menggunakan gerakan-gerakan konvensional, semuanya ini merupakan kesalahan-kesalahan yang kerap terjadi.



Tips:

Anda harus mampu bermain sesuai dengan pengkhayatan anda sendiri terhadap tokoh, penggambaran artistic dari realita dunia actual kedalam dunia imajinasi. Untuk memperoleh hubungan antara actor dan tokoh yang digambarkan, anda harus mendekatkan pada sumber-sumber yang dekat dengan perasaan dan batin kita sendiri. Jika hal ini bisa dicapai, maka kita akan merasakan dorongan dan rangsangan dari dalam.

Dorongan ini akan mengutarakan dirinya sendiri dalam aksi si tokoh imajiner yang telah ditempatkan di tengah-tengah permainan lakon. Mainkanlah dan anda akan menciptakan kehidupan baru. Kita akan dibawa kedunia bawah-sadar, menyadari hal-hal dalam permainannya yang sebelumnya tidak disadari sama sekali. Ini merupakan rangsangan “dunia bawah-sadar yang kreatif ”yang paling pokok adalah anda telah memainkan dunia bawah sadar kreatif melalui tehnik yang disadari. Setelah ini bisa disatukan dalam pikiran dan imajinasi, barulah anda bisa menciptakan dunia baru dan mulai memainkannya dengan penuh motivasi dan rasa kebenaran artistic. Dibalik kata-kata, kita memasukan pikiran kita dalam karakter toloh kehidupannya. Lalu kita filter melalui diri kita sediri seluruh bahan yang kita peroleh dari pengarang dn sutradara. Bahan ini menjadi bagian dari diri kita, baik dalam pengertian spiritual dan fisik, emosi kita jujur dan sebagai hasil kita memperoleh aktivitas yang betul-betul produktif, semuanya berjalin dengan implikasi sebuah lakon.



Imajinasi:

Imajinasi adalah suatu cara bagi seorang actor untuk mendekati pikiran dan perasaan karakte yang akan dimainkan sehingga dia dapat menempatkan dirinya dalam situasi si karakter. Metode ini merupakan proses imajinasi dimana di actor melakukan identifikasi dengan karakter tokohnya. Di setiap identifikasi dengan karakter tokohnya, si actor harus melihat pengalaman hidupnya dan pengalaman hidup yang paling relevan untuk ditransver ke pengalaman hidup yang dimiliki si karakter. Si actor harus mampu menyelidiki asal mula dirinya sendiri untuk dapat tulus dan jujur pada realita eksistensi dirinya yang baru. Imajinasi menciptakan hal-hal yang mungkin ada atau mungkin terjadi, sedangkan fantasi membuat hal-hal yang tidak ada, yan tidak pernah ada. Tapi siapa tahu, suatu hari kesemuanya itu mungkin ada. Bagi seorang actor, proses kreatif ini dipimpin oleh imajinasinya.

Pertama, anda memaksa imajinasi anda, padahal sebetulnya anda harus membujukny. Lalu, anda coba merenung tanpa suatu objek yang menarik bagimu. Kesalahan yang ketiga adalah pikiran anda pasif. Dalam imajinasi, aktifitas yang intens sangatlah penting. Awalnya datang gerakan dari dalam, kemudian gerakan luar.

Sebelum sutradara memberikan pengarahan dan latihan, anda harus memiliki catatan mengenai gambaran tokoh dan tempat yang akan dijadikan area latihan. Lalu anda harus memiliki suatu gasi gambaran yang batin yang kuat. Imaji-imaji bain ini akan menciptakan suasana yang sesuai dan mencetuskan emosi, sambil menjaga supaya kita tetap berada dalam batas-batas lakon itu.



Mengembangkan imajinasinya

Pertama-tama coba ceritakan tentang kehidupan sehari-hari terhadap pengalaman yang paling sensitive. Apa yang paling mudah untuk merangsang perasaanmu, rasa takut dan gembira anda.

Jika anda mengetahui betul seluk beluk sifat-sifat anda sendiri maka bagi anda tidak akan sulit untuk mengadaptasikannya ke dalam keadaan imajiner. Karena itu, paparkan beberapa sifat khas, kualitas, perhatian, yang khas yang anda miliki. Anda harus bisa menjawab (kapan, dimana, kenapa, bagaimana) yang anda ajukan sendiri tatkala ia mendorong kesanggupannya untuk menemukan sesuatu yang baru guna membuat gambaran yang lebih jelas dari sebuah kehidupan pura-pura. Kadang-kadang ia tidak perlu melakukan semua usaha intelektual dan disadari ini. Imajinasinya mungkin bekerja secara intuitif. Sebuah pendekatan secara sadar dan dengan akal pada imajinasi seringkali menghasilkan suatu perasaan hidup palsu yang tak berdarah. Seni acting menghendaki supaya seluruh harkat seorang actor terlibat secara aktif, supaya ia menyerahkan dirinya, baik bathin maupun lahir, kepada peran yang ia mainkan. Anda harus merasakan tantangan untuk berbuat, baik secara fisik maupun secara intelektual, karena imajinasi yang tidak punya substansi.

WORKSHOP KEAKTORAN part 2

B. SUARA

Penguasaan suara dalam seni acting pada dasarnya adalah penguasaan diri secara utuh, karena kedudukan suara dalam hal ini hanyalah merupakan salah satu alat ekspresi dan totalitas diri kita sebagai seorang pemain (actor). Pengertian ‘penguasaan diti secara utuh’ menuntut suatu keseimbangan seluruh aspek serta alat-alatnya, baik yang menyangkut kegiatan indrawi, perasaan, pikiran atau yang bisa disebut segi-segi dalam dari seni acting, maupun yang menyangkut segi-segi luarnya seperti tubuh dan suara. Ketimpangan akan menghasilkan ketimpangan.



Pernafasan Diafragma

Otot-otot akan berkembang dan menegang ketika kita menghisap nafas, hanya bagian inilah yang tegang. Kemudian otot-otot samping bagian punggung pun ikut pula mengembang lalu mengempis saat nafas dihembuskan kembali.

Posisi diaphragma adalah diantara rongga dada dan rongga perut. Pernafasan melalui diaphragma inilah yang dirasakan paling menguntukan dalam berolah vocal, sebab tidak mengakibatkan ketegangan pada peralatan pernafasandan peralatan suara dan juga mempunyai cukup daya untuk pembentukan volume suara. Keuntungan lain yang diperoleh adalah pada saat ita menahan nafas otot-otot diaphragma tersebut tegang, ketegangan otot ini justru melindungi bagian lemah badan kita yakni ulu hati. Pernafasan ini sangat baik dalam usaha menghimpun “tanaga dalam” yang mengolah vibrasi, karena pernafasan diaphragma akan memudahkan kita dalam mengendalikan dan mengatur penggunaan pernapasan.

Berlatih pernapasan banyak ragam dan caranya. Latihan pernafasan bisa dilakukan dengan berbagai cara, dari cabang-cabang beladiri seperti pencak silat, karate, atau berenang sekalipun. Namun ada beberapa catatan penting yang harus dilakukan untuk tujuan pernafasan dalam pemeranan (acting), yaitu:



Latihan 1.

- Berbaring rata di lantai dan bernapaslah pada posisi tersebut, rasakan tubuh betul-betul rileks.

- Berbaring dilantai, rasakan daya beratnya, pusatkan pikiran kea rah telapak kaki kita, ke ujung-ujung jari, rasakan seluruh pergelangan kaki terlepas. Bayangkan seluruh nadi terisi udara, engsel-engsel lututpun terisi udara biarkanlah tulang paha kita rileks sehingga daging dan otot-otot menjadi satu dengan tulang-tulang. Bayangkan sendi-sendi pinggang dan tuang paha berisi udara sehingga seluruh tubuh tidak lagi memberatkan kaki. Biarkan otot punggung dan perut kita meleleh seperti air, biarkan punggung rileks dan tidak usah memaksakan tulang punggung menjadi rata, biarkan otot-otot seluruh tubuh dan kepala sampai rahang disamping telinga kita rileks hingga gigi kita tidak terkunci juga lidah tidaklah lengket pada bagian atas mulut, rahang menjadi seperti jatuh demikian juga dengan lidah yang tidak saling menyentuh. Biarkan wajah kita terasa berat pada tulang tulang wajah, biarkan pipi, bibir, pelupuk mata seluruhnya rileks.

- Rasakan tubuh kita di lantai melorot rileks tariklah nafas secara penuh untuk merasakan sensasi-sensasi yang terjadi pada tubuh kita saat di lantai akibat pernapasan yang alami itu. Ulangi itu terus menerus dengan intens.

Latihan 2

- Waspadai bahwa ditengah kediaman tubuh kita yang rileks itu akan tidak terelakan sebuah kondisi yang mudah untuk jatuh apabila nafas keluar dan masuk dari tubuh, rileks bukan berarti tidak ada control terhadap tubuh namun control sering kali membuat kita justru menjadi tegang, jadi pernafasan yang berlangsung alami adalah citra dari rileks itu sendiri.

- Tariklah nafas secara mendalam tanpa paksaan, simpanlah tangan di pundak untuk merasakan dorongan nafas pada diaphragma.

- Pada saat udara masuk ke dalam tubuh dan terhisap oleh mulut atau hidung, masuk ke pusat dan keluar kembali, senantiasa merasakan kehangatan udara di dalam tubuh dan dinginnya udara yang kita hisap tersebut.

- Pada saat merasakan udara yang masuk kedalam tubuh ksenantiasa melakukan penghayatan pada udara tersebut, rasakan rasa lega yang mendalam di dalam tubuh lalu hayatilah udara turun keperut dengan emosi yang selalu terjaga (konsentrasi).

- Ulangi dorongan kausalitas tersebut dengan latihan yang intensif, emosi terjaga, selalu merasakan bahwa saat latihan kita adalah bagian alam semesta ini.

- Hal yang paling penting adalah menghindari ketegangan-ketegangan, biarkan seluruhnya bergerak secara alami dan teratur



Olah Vokal



Vokal (Suara) dan Spech (ucapan) amatlah penting di dalam sebuah pementasan sebuah drama, menurut MAURIZE ZOLOTOV merupakan bagian dari isyarat ataupun symbol, menurutnya ada kalimat Emosional untuk menyatakan perasaan dan ada pula kata-kata yang dapat digunakan sebagai senjata mencapai kekuatan.



Menurut Henning Nelms tentang Spech ada lima :

1. Menyalurkan kata-kata Drama kepada penonton.

2. Memberi arti-arti khusus pada kata-kata tertentu melalui odulasi suara.

3. Memuat informasi tentang sifat dan perasaaan – pemeranan missal : Tentang umur, kedudukan social, jabatan, kegembiraan, putus asa, kemarahan.

4. Mengendalikan perasaan penonton.

5. Melengkapi variasi.

Tahap Pertama

Pada tahap pertama pada latihan olah vokal , hisap lah udara sebanyak-banyaknya lalu tahan, kemudian hembuskan sambil mengeluarkan suara. Ini dilakukan berulang-berulang.

Tahap Kedua.

Hisap udara melalui melalui dada salurkan ke Rongga dada hisap udara melalui perut, lalu tahan salurkan ke rongga Dada, keluarkan melalui mulut. Sebaliknya dapat dilakukan dengan sebaliknya, apabila tahap sudah dapat dilakukan bisa dilakukan dengan memainkan variasi pernapasan.

Tahap ketiga

Pada tahap ini lakukan laatihan dengan menahan napas sambil berjalan, berlari ini dilakukan berulang kali.

Tahap keempat.

Bernapas di dalam air, dengan menahan beberapa saat lalu di hembuskan dengan melalui teriakan.

Latihan Olah Vokal melalui latihan Spech (ucapan)



1. Diksi

Ucapan, lafal, menentukan suara yang harus dipergunakan. Diksi, lagu (gaya) berata, memberi kualitas kejelasan suara dari sebuah kata yang diucapkan. Latih aga dapat membedakan dengan jelas membedakan antara huruf-huruf p dengan b, t dengan d, k dengan g.



Cobalah :



1. p----- p----- p------

pp---- pp---- pp-----

ppp-- ppp-- ppp----

pppp- pppp- pppp--

ppppp bbbbb ppppp

2. b----- b----- b------

bb---- bb---- bb-----

bbb-- bbb-- bbb----

bbbb- bbbb- bbbb--

bbbbb ppppp bbbbb















(tanda garis hubung merupakan ketukan jarak)



Ulang-ulangilah latihan ini. Akan sangat efektif bila dilakukan secara rutin tiap pagi atau sore. Tidak usah lama. Cukup barang sepuluh atau lima belas menit saja.

Coba pula pada huruf-huruf yang lain dengan cara yang sama, hingga semua dapat jelas terbedakan. Gerakan bibir merupakan sesuatu yang amat penting bagi pengucapan yang jelas. Untuk memperoleh hal itu maka gerazkan bibir sebanyak mungkin. Aktifkan gerakan bibir.

2. Tekanan

Tekanan dicapai dengan kontras. Suatu kata dapat diberi tekanan dengan mengubah tempo dan volumenya. Tempo sangatlah penting artinya. Tempo yang terlalu cepat hanya memberi kesan suara ribut. Saja. Kehilangan kandungan makna yang akan disampaikan Kebiasaan bicara cepat itu bisa dihilangkan dengan berlatih membiasakan ucapan-ucapan lambat. Mula – mula mengucapkan serentetan kata atau atau kalimat hanya dengan gerakan bibir saja, lambat tanpa bersuara. Sesudah itu dengan bersuara. Demikian berulang-ulang dilakukan.

Kata dapat diberi tekanan dengan merendahkan volume. Misalnya mengucapkan kata dengan lemah dalam saaatu kalimat yang nyaring. Belajarlah memberi tekanan pada suatu kata dengan memberi sedikit jeda sebelum dan sesudahnya.

Perubahan dalam pikiran dapat diperlihatkan dengan jeda atau dengan perubahan tiba-tia pada nada serta volumenya.

3. Bentuk Ucapan

Suatu ucapan Panjang atau pendek umumnya membangun klimaks, maka dari permulaan dibangunlah : (1) volume, (2) intensitas emosi, (3) variasi, (4) jarak, kecepatan.

Membangun satu unsure dari keempat unsure di atas secara teknis amatlah sulit. Biasanya baik membangun dengan satu unsure, lalu beralih pada yang lain, atau membangun dalam dua atau tiga unsure sekaligus.

4. Memuncak

Bila dua pemain atau lebih harus bersama-sama membangun satu reka-rekaan yang disebut topping, memuncak, dipergunakan, maka tiap pemain berkata pada saatu titik tinggi dalam volume, jarak, dan sebagainya dari kata terakhir pemain sebelumnya. Ini mungkin efektif. Tapi menuntut latihan, sebab pembangunan cenderung untuk meninggi begitu cepat hingga ucapan ketiga. Maka satu penanjakan agi sudah tidak mungkin.



Olah Vokal

Sebagai media ucap dalam berakting, melatih organ suara merupakan hal yang paling pokok. Bagaimana produksi suara kita, dilokalisir dengan baik sesuai dengan kebutuhan peran. Jika actor tekun melatih perangkat suaranya lewat latihan yang benar dan teratur, dia akan lebih mudah dalam memainkan perannya.

(Eka Gandra, Bagi Masa Depan Teater)

Kemampuan Vokal bagi seorang actor adalah syarat utama agar bisa memainkan peran dengan baik. Dengan laku vocal, pemeran dituntut untuk dapat menjadi perwujudan watak-watak yang nyata.

Vokal sebagai salah satu media pengungkapan ekspresi actor, merupakan media penyampai informasi melalui dialog. Informasi tentang alur cerita, setting peristiwa, karakter tokoh, emosi, kondisi, usia tokoh dan lainnya. Dan hendaknya tersampaikan secara jelas melalui keterampilan pemeran dalam menyampaikan dialog.

Pencapaian dalam materi ini adalah menciptakan actor dengan perangkat vokalnya yang efektif dan elastis sehingga mampu menyesuaikan takaran volume suaranya dengan kondisi apapun. Ia juga mampu menampilkan variasi-variasi suara dengan baik seolah berbicara seperti kebiasaan sehari-hari, tetapi tanpa kehilangan kesan teaterikal.

Melalui vocal seorang actor harus mampu menggali kedalaman karakter tokoh dan nuansa dramatic shingga mampu menggugah imajinasi dan empatik penonton.

Dalam olah vocal, teknik pernapasan adalah sesuatu yang penting karena merupakan sumber tenaga penggerak atau penggetar pita suara kita. Latihan pernafasan kita menjadi stabil dan efektif dalam menunjang pembentukan suara.

(Eka Gandra, Bagi Masa Depan Teater)

Dilakukan dengan sikap berdiri, duduk atau tidur terlentang. Lemaskan badan selemas-lemasnya, setelah betul-betul lemas aturlah nafas seenak mungkin. Tarik nafas perlahan sekali (lima detik) lalu tahan => himpun nafas pada diaphragma dalam tempo yang sama dengan waktu menarik nafas => hembuskan perlahan sama seperti menarik nafas, kemudian tahan kembali dalam tempo yang sama dengan menarik nafas, kemudian tahan kembali dalam tempo yang tetap sama => kemudian tarik dan seterusnya berulang-ulang. Latihan ini hendaknya dilakukan setiap hari, semakin lama tempo hitungan diperlambat sesuai dengan kemampuan yang dicapai.

Berlatih dengan menyuarakan a, i, u, e, o pada saat menghembuskan nafas. Pada latihan pertama biarlah dulu pada nada yang tetap kemudian coba dalam nada-nada yang lain, yang lebih rendah atau lebih tinggi. Usahakan agar setiap nafas yang keluar benar –benar memproduksi suara sehingga tidak “over”. Agar ada variasi dan tidak membosankan, gerakan tubuh anda seperti seorang pesilat dengan gerakan dasar yang mudah saja.

Pengucapan

Untuk dapat berartikulasi dengan baik, dibutuhkan kelenturan alat-alat pengucapan. Artikulasi yang baik, akan dapat dicapai dengan menempatkan posisi yang wajar tetapi dengan penggunaan tenaga efektif dan terkontrol.

Alat-alat tersebut antara lain:

Ø Bibir

Sangat berperan dalam membentuk huruf-huruf hiduo dan huruf M-B-P. Latihan dengan membentuk mulut dengan ruang gerak yang maksimal, otot bibir berulang membentuk bunyi U-A-U-I-U-A-O-E. Pada saat menyuarakan huruf u bibir dibentuk mengkerucut tarik semaksimal mungkin kedepan. Pada bentuk O, bibir membuat bulatan dan jangan lupa tarik bibir kearah depan tetap diperhatikan. Pada bunyi A, bibir seolah pada posisi menguap membentuk lonjong maksimal. Pada bentuk bunyi I, bibir seolah ditarik pipi ke samping sehingga mulut nampak pipih. Lakukan latihan ini berulang-ulang mulai dengan tempo membentuk lambing-lambang bunyi, percepatan temponya semakin cepat dan cepat lagi. Lakukan latihan dengan menyuarakan gabungan huruf mati dengan huruf diatas, menjadi MU-BA-PU-MI-BU-PA-MO-BE berulang-ulang dari lambat ke sedang dan cepat. Lakukan dengan diiringi latihan dan pernapasan.

Ø Lidah

Lidah sangat berperan dalam membentuk bunyi huruf-huruf mati seperti C-D-L-N-R-S-T dan lainnya. Lidah yang lincah akan dapat menentukan pembentukan lafal yang baik, tepat dan jelas. Latihan-latihan dimaksud untuk mencapai tingkat kelenturan sehingga lidah tidak saja lemas dan lincah tetapi juga mempunyai kemampuan seseorang yang mengalami kesulitan dalam membentuk bunyi R dan T. Latihan lidah:

- Menjulurkan dan menaril lidah berulang-ulang

- Menjulurkan dan menarik ke atas => bawah, samping kanan => kiri dan kemudian menjulurkannya untuk membuat gerakan berupa lingkaran.

- Tempelkan ujung pada gigi seriates lalu dorong lidah keluar, tempelkan ujung lidah pada gigi serri bawah lalu doronglah lidah keluar, lakukan berulang-ulang.

- Tutup mulut lalu bunyikan Bberrrrrrrrrrrrrrr, Trerrrrrrrrrrrr.



Ø Rahang

Membantu pembentukan rongga mulut.

Lakukan latihan-latihan seperti ini:

- Tutup dan buka mulut selebar mungkin, berulang-ulang.

- Doronglah rahang bawah ke muka lalu buka ke bawah lalu tarik kea rah dalam/ leher lalu tutup mulut, rahang rapat, dorong ke muka kembali dan lakukan seterusnya berulang-ulang semakin cepat.

- Gerakan rahang bawah ke kanan dan kiri.

- Buat lingkaran dengan rahang arah bergantian ke kanan dan ke kiri.

- Ucapkan dalam satu helaan nafas hitung berapa pengulangan bunyi: wawawawawawawawa, yayayayayayayayayaya



Ø Langit-langit

Terdiri dari langit-langit keras dan langit-langit lunak, merupakan bagian penting dalam pembentukan suara maupun pengucapan. Selain itu, langit-langit berperan juga sebagai dinding resonator pada rongga mulut. Latihan:

- Tutup mulut berbuatlah seakan-akan anda sedang berkumur, buka rahang bawah tetapi bibir tetap rapat, tekan langit-langit ke atas dank ke bawah pula.

- Tutup mulut dalam keadaan rapat, kemudian lakukan seolah anda mengucapkan bunyi M, B, K, N, NG, D, dan lainnya. Saat melakukan ini dapat dirasakan langit-langit bergerak ke atas dan ke bawah.Setelah seluruhnya peralatan pernapasan dan peralatan pengucapan kita latih dengan baik, barulah kita mencoba dengan membaca dialog. Bacalah dengan volume yang sedang dan rasakann pula dorongan nafas diaphragma, arahkan pembentukan suara ke resonator yang dirasakan paling tepat. Misalnya ke rongga resonator dada, mulut atau hidung.

Pembentukan Suara

Nafas yang keluar melalui Trachea sesampainya pada larynx akan menggetarkan pita suara, dank arena getaran itu timbulah suara. Namun demikian suara tersebut baru akan terdengar baik bilamana terlah beresonansi pada salah satu resonator, baik rongga mulut, rongga hidung atau rongga dada. Misalnya, kalau bentuk rongga mulut bulat maka suara yang diproduksinya akan bulat pula, tetapi kalau rongga mulut ditarik melebar kesamping maka suara yang diproduksi akan terdengar ‘cempreng’. Seorang actor harus lebih menekankan pemberian karakter pada suaranya. Mengolah texture dan warna suara yang sesuai dengan peran yang dimainkannya.

Seorang actor juga harus bisa mengolah beberapa warna vocal sesuai tuntutan scenario, seperti:

- Menaikkan dan menurunkan volume suara.

- Meninggikan dan merendahkan frekwensi nada bicara.

- Mengatur atau mengolah tempo pengucapan.

- Mengatur atau mengolah warna dan texture suara.



Latihan 1:

- Tariklah nafas dan keluarkan seperti angina.

- Tariklah nafas dan keluarkan seperti suara angina itu sendiri, rasakan efek nafas tersebut pada langit-langit atas mulut, lidah dan pembentukannya.

- Tariklah nafas dan keluarkan dengan suara seperti seolah sedang berbisik, rasakan bagaimana kandungan nafas dan suara yang keluar.

- Tariklah nafas dan keluarkan dengan teks dan seolah suara itu menyerupai angina.

- Seluruh latihan ini dilakukan secara alami dan intens.



Latihan 2 :

- Tariklah napas dan keluarkan seperti suara binatang berkaki empat (bayangkan harimau, ajah, anjing, kucing dan lain sebainya).

- Tariklah nafas dan keluarkan seperti suara jenis unggas (bayangkan menjadi burung, ayam, bebek, dan lain sebagainya).

- Seluruh latihan ini dilakukan secara alami dan intens.

Latihan 3 :

- Cobalah kata-kata apa saja dari mulut.

- Cobalah berdialog improvisasi aa saja keluar dari mulut.

- Cobalah baca beberapa teks lakukan dengan alami dan bertahap lewat vibrasi yang volumenya di tambah.

- Lakukan observasi suara manusia dan tirulah laku perannya (how old I am: rasakan sensasi-sensasi usia yang ditiru pada teknik suara).

- Cobalah acting dengan teks.

- Hindari ketegangan-ketegangan.


Latihan-latihan Vokal

Untuk memulainya, Grotowski membuat beberapa tanda tentang sikap yang disesuaikan dengan kerja seseorang. Ia minta keterangan yang mutlak kepada siapa saja yang hadir dalam ruangan, baik actor maupun penonton. Ketawa haruslah ditahan pada bagian permulaan latihan nampak seperti permainan sirkus. Mereka yang tidak biasa dengan metode tersebut hendaknya menerima impresi ini, tapi secepatnya orang akan memahami apabila ia telah menghadiri beberapa latihan dan melihat hasil yang dicapai. Penonton dalam hal ini adalah mereka yang tidak ambil bagian aktif dalam latihan, dan mereka harus “tidak terlihat dan tidak terdengar” oleh murid-murid.



Stimulasi atas Suara

Setiap actor memilih teks dan ia bebas untuk membacanya, menyanyikannya atau bahkan dengan teks itu ia boleh berteriak.

Latihan ini dilakukan secara serempak. Sementara itu Grotowski berjalan keliling diantara mereka, sekali-sekali meraba dada, punggung, kepala atau perut si murid ketika ketika ia sedang membaca. Tidak satu bagianpun yang terlewat dari perhatian Grotowski.

Setelah latihan ini selesai, dia menununjuk empat orang. Yang lain kembali ketempat duduknya masing-masing untuk melihat perkembangan teman-temannya. Mereka tidak boleh bersuara.

Grotowski menempatkan satu orang di tengah-tengah. Aktor membaca semuanya dengan suara yang secara berangsur-angsur ditambah volumenya. Kata-kata disuarakan kembali dengan mantap, langit-langit seakan-akan tengkorak bagian depanlah yang sedang berbicara. Kepala jangan terkulai kebelakang sehingga menyebabkan laring tertutup. Melalui echo langit-langit menjadi kawann berdialog yang akan mengambil bentuk pertanyaan maupun jawaban (selama latihan Grotowski memimpin murid-muridnya dengan aba-aba tangan, mengelilingi ruangan). Selanjutnya, dimulailah percakapan dengan tembok, juga secara improvisasi. Di sinilah bukti bahwa echo adalah jawaban. Seluruh badan merespon terhadap echo . Suara asli masuk dan keluar melalui dada.

Kemudian suara ditempatkan di perut. Dalam acara ini percakapan dilangsungkan dengan lantai. Kedudukan badan: “seperti seekor sapi gemuk”



Catatan: Grotowski menekankan bahwa selama latihan pikiran harus dikosongkan. Murid-murid membaca teks tanpa berpikir dan tanpa pause. Grotowski akan menyetop setiap kali ia melihat ada murid sedang berpikir dalam latihan.



Suara latihan diperlihatkan, secara berurutan:

1. Suara kepala (menghadap kelangit-langit).

2. Suara Mulut (seakan berbicara pada udara di hadapannya)

3. Suara occipital (menghadap langit-langit tepat di atas actor).

4. Suara dada (diproyeksi di depan actor)

5. Suara perut (menghadap kelantai)

Suara keluar dari kedua belah bahu(menghadap langit-langit tepat diatas actor); the small of the back (menghadap ke dinding di samping actor); bagian lumbar (menghadap kelantai, dinding dan ruang disampingnya)

Grotowski tidak membiarkan actor beristirahat sebentarpun. Ketika actor sedang membaca, ia berkeliling membaca stimulasi dan “mremas” bagian tertentu badan murid, sehingga melepaskan impuls-impuls yang terbawa oleh suara.

Ritme latihan sangan cepat. Seluruh tubuh harus diikutsertakan walau hanya untuk latihan vocal saja. Suatu latihan relaxation terdiri dari improvisasi percakapan dengan tembok, sepenuhnya bebas dari tensi. Murid harus secara tetap menyadari bahwa echo harus selalu ditangkap.

Sungguh menakjubkan bagaimana Cieslak pemain utama dan teman dekat Grotowski selalu memberikan contoh dan melihat banyak latihan serta mengikuti perkembangan murid-murid dengan penuh latihan.



Latihan “Macan”

Latihan ini untuk membuat si actor secara penuh tampil dan dalam waktu yang bersamaan, menyusun suara parau dalam acting.

Grotowski ikut serta dalam latihan ini. Ia memainkan seekor macan yang sedang menyerang mangsanya. Murid-murid (mangsanya) bereaksi, meraung seperti macan.

Itu bukanlah sekedar meraung. Suaranya haruslah didasarkan pada teks, dan mempertahankan terus seperti itu adalah penting sekali dalam latihan ini.

Grotowski : “Sini, lebih dekat …teks…teriak… saya adalah seekor macan, bukan kau…. Saya akan menelan kau….”

Dalam hal ini ia mendorong murid-murid untuk memasuki permainan secara penuh. Sungguh hebat bagaimana murid-muridnya kemudian mengikuti latihan ini. Sekarang semua perasaan malu-malu menjadi lenyap. Kekurangannya hanyalah karena belum terbiasa dengan teks, dan memang dalam improvisasi, kata-kata tidak timbul secara mudah.

Tiba-tiba Grotowski menginterupsilatihan (tidak disadari beberapa murid dalam hal ini menunjukan bahwa mereka benar-benar secara total adalah jelas dimaksudkan untuk “mengistirahatkan” organ-organ suara. Grotowski menganggap bahwa “vocal relaxation” adalah sangat penting , terutama bagi mereka yang berlatih untuk pertama kalinya. Organ-organ ini suara belum terbiasa digunakan dengan cara iin. Cara pendidikan Grotowski yang keras nampak dalam kenyataannya bahwa murid-murid mengalami kesulitan menahan latihan. Mereka tidak memperhatikan penonton yang mana hal itu merupakan suatu yang luar biasa dalam keseluruhan proses latihan.



Latihan “King-Kong”

Inti dari latihan ini adalah mengulang-ulang ucapan kata “King” pada nada yang sangat tinggi dan tempo yang sangt cepat, dengan seluruh rentetan variasi dari nada rendah ke nada tinggi.

Akhirnya suara ke luar dari occiput yang sementara adalah Grotowski memperoleh hasil yang luar biasa dengan improvisasi kata ini pada nada yang lebih tinggi. Setelah kira-kira lima menit, atas petunjuk Grotowski, murid-murid mencapai skala vocal yang tinggi dan nampak bagi mereka sebagai sesuatu yang baru. Kami mendapatkan keadaan itu karena banyak wajah-wajah murid yang nampak surprise.



Latihan “La-La”

Latihan dimulai dengan berjalan keliling serta menyanyikan “la-la” kemudian Grotowski merebahkan diri, terlentang diri, terlentang di atas lantai. Lalu “la-la” di ulang dengan menghadap ke langit-langit, dinding dan lantai sebagai alternatip suara kepala, perut dan dada.

Grotowski berpesan agar mereka melonggarkan perut dan mendorong resonator yang terletak di perut.

Setelah latihan ini, murid-murid tetap terlentang di atas lantai untuk beberapa saat, istirahat secara penuh.

(Catatan: Hasilnya sunggu luar biasa. Bahkan setelah pelajaran pertama suara murid-murid bisa mencapai intonasi yang sebelumnya tidak pernah mereka sangka dapat mereka miliki).

Grotowski memulai lagi dengan serangkaian latihan-latihan sama seperti yang diberikan kepada murid yang pertama.

1. Simulasi vocal keluar dari resonator-resonator yang berbeda

2. Suara kepala (menghadap kelangit-langit).

3. Suara Mulut (seakan berbicara pada udara di hadapannya)

4. Suara occipital (menghadap langit-langit tepat di atas actor).

5. Suara dada (diproyeksi di depan actor)

6. Suara perut (menghadap kelantai

Suara-suara yang keluar dari:

a. sepasang bahu (menghadap kelangit-langit di samping actor)

b. the small of the back (menghadap dinding disamping actor)

c. the lumber region (menghadap lantai, dinding dan ruangan di sampingnya)



Latihan Berikutnya

Meong kucing dengan daya penyampaian yang paling luas dari:

a. Intonasi

b. nuanasa-nuansa

c. pitch

Tiba – tiba grotowski kembali kepembicaraan teks secara normal/ biasa


Macan

Ekspresi suara dalam bentuk ruangan macan. Ada tanda-tanda kemajuan yang nampak kalau dibandingkan dengan yang sebelumnya. Latihan vocal sekarang dibarengi dengan gerak mengendap-endap, jumpalitan dan mencakar-cakar. Grotowski tidak ragu-ragu mempelajari dari pengalaman tentang kebutuhan murid-murid sehingga memungkinkan penyerahan diri mereka secara penuh dalam latihan.